Sabtu, 19 Oktober 2013

Utamakan Kebahagiaan Anak Sehingga Menjadikannya Pemimpin yang Berbudi Luhur


Berdasarkan pengalamanku sebagai ibu rumah tangga dan mengasuh ketiga buah hati, Kinara (15 tahun), Obi (7 tahun) dan puteriku Sabe ( 3 tahun), ternyata tiap anak memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Penanganan antara mereka pun juga tak sama.seperti ungkapan yang mengatakan bahwa anak ibarat bunga yang berwarna-warni. Warna pada bunga adalah karakter sang anak. Sebagai orangtua, kita tak bisa mengubah warna bunga, namun yang bisa kita lakukan adalah menyiraminya (dengan penuh kasih sayang), menghindarkannya dari hama (pengaruh lingkungan yang buruk) dan memupuk (bakat/potensi ) sang anak sehingga dia berkembang optimal, bermanfaat bagi lingkungan dan dirinya sendiri.  Aku yakin, kebanyakan orangtua mengasihi dan ingin membahagiakan anak-anak mereka. Bahkan orangtua pun rela berkorban untuk kebahagiaan putera-puterinya. Namun, pengaruh dan tekanan materialistis modern seperti saat ini telah membebani orangtua lebih berat dibandingkan ketika masa kecilku dulu. Era dulu dan sekarang jelas sangat berbeda. Kini kita menghadapi era globalisasi, kemajuan teknologi dan industry sedangkan di dua abad terakhir masih mengalami yang namanya era pertanian.

Banyak anak-anak masa kini yang tak lagi mendapatkan perhatian semestinya dari kedua orangtuanya, khususnya bila mereka sama-sama bekerja. Pergi pagi – Pulang petang. Ironis sekali, sementara penghiburan untuk anak-anak itu telah tergantikan dengan perangkat digital,  game-online dan kegemaran mereka browsing di internet tanpa pengarahan. Perangkat digital telah mengganti ruang-ruang kosong dalam jiwa mereka dan menjadikan generasi penerus ini sebagai generasi yang mengerikan. Bagaimana nasib anak-anak ini bisa menjadi pemimpin masa depan bila perkembangan moral dan psikologis mereka terhambat? Beberapa game online bahkan disinyalir banyak  mengajarkan sadisme dan pornografi. Parahnya, ketika pertemuan terjadi antar orangtua dan anak, bukannya mereka memanfaatkan waktu secara berkualitas namun sebaliknya orangtua masih saja disibukkan dengan “BBM”, “Ngetweet”, “NgeChat”, dan beragam kegiatan Online yang lebih mengasikkan daripada mengisi ruang kosong buah hati mereka dengan siraman rohani,  perhatian dan kasih sayang.

Pengawasan orangtua diperlukan ketika anak bermain gadget

Akibatnya, anak-anak bereksplorasi tanpa arah bahkan ketika mereka telah teracuni pornografi, dengan sendirinya anak-anak itu berusaha selalu memuaskan hasratnya tanpa pernah mengerti bahaya dari perbuatan mereka sendiri. Otak mereka telah rusak karena rangsangan seks terus meningkat untuk dipuaskan di usia mereka yang masih dini. Rasanya miris sekali melihat kondisi saat ini. Dunia meterialisme yang menyedihkan apalagi saat salah satu keponakan perempuan berusia 5 tahun menjadi korban pelecehan seks dari anak tetangganya sendiri yang masih kelas SD.  Keponakanku yang masih balita itu dengan enteng bercerita pengalamannya kepada orangtuanya bahwa dia telah melakukan oral seks. Duh Gusti…, betapa hancurnya hati mereka. Betapa ingin mereka mencuci otak anaknya yang telah teracuni pornografi namun apadanya… semua sudah terlanjur…Kasihan sekali anak-anak itu bila terkena imbas dari pornografi, sayang banyak orangtua yang malah memberikan mereka gadget, HP mutakhir dan mengakses internet dengan leluasa dan tanpa rasa was-was.

Memang sekarang telah terjadi kemajuan jaman. Semua serba cepat dan canggih. Tak bisa kita cegah kemajuan yang terjadi karena peradaban modern memang diharapkan untuk mempermudah hidup manusia. Namun patut disayangkan bila kemajuan itu tak dibarengi dengan sikap bijaksana memantau buah hati agar tak terjerumus ke perilaku yang menyesatkan

Dari pengalaman yang tersebut, jelas sebagai orangtua tentu tak bakal menyangka bahwa anak sekecil itu bisa melakukan hal di luar batas. Namun itulah yang kini marak terjadi. Sementara yang lain, anak-anak menjadi korban tekanan psikologis untuk menjadi yang terbaik di segala bidang. Mereka lupa untuk mengajarkan nilai-nilai luhur seperti sikap menghormati, budi pekerti, toleransi dan kejujuran. Anak-anak banyak ditekan untuk menjadi pintar, popular dan terbaik. Tidak peduli anak-anak senang atau tidak. Bahkan aku pernah melihat salah seorang anak  mengalami kekalahan saat lomba dan dihajar oleh orangtuanya karena malu. Ah, betapa parahnya bila anak hanya dihargai dari pencapaian prestasinya semata.
Apakah salah anak mengikuti berbagai kegiatan? Tentu saja tidak, jika anak-anak memang berminat, berbakat atau jika kegiatan itu adalah salah satu cara memahami diri mereka dan lingkungannya. Siapa sih yang tak ingin punya anak langganan juara lomba? Aku pun juga suka melihat anak lebih positif dengan beraktifitas daripada duduk main game dirumah. Namun perlu diingat bahwa kepintaran saja tak cukup membekali mereka menjadi pemimpin masa depan. Suasana positif dalam mendidik mereka dan mendekatkannya dengan nilai-nilai spiritual tentu akan menjadikan mereka mempunyai jiwa pemimpin yang luhur dan punya rasa kasih sayang, empati dan takut akan perbuatan salah atau dosa.

Prestasi harus dibarengi dengan keluhuran budi
Juara III OSN (Olympiade Sains Nasional) 
Sebagai seorang Ibu,  saya pun juga berusaha memberikan berbagai kegiatan untuk mereka dan tentu saja harus didiskusikan kepada anak terlebih dahulu agar mereka pun senang menjalaninya. Bagaimana pun aktivitas kebersamaan sangat penting agar membantu anak-anak menjadi lebih pengertian, mempunyai rasa keikhlasan dan kasih sayang serta menghargai lingkungan sekitarnya. Kesiapan mental pun juga diperlukan agar mereka bisa menikmati kehidupan masa kanak-kanaknya dengan penuh kebahagiaan. Aku juga tak ingin merampas masa kanak-kanaknya hanya untuk ambisi belaka. Biarlah mereka tumbuh optimal dengan menikmati kehidupannya.


Anak Pertama : Kinara
Juara 1 Lomba Cerdas Cermat
Seperti saat mempunyai anak pertama, Kinara  yang kini telah berusia 15 tahun, aku tak menyangka bahwa kini dia bisa berprestasi mengingat dulu dia merupakan anak yang nakal dan prestasi akademiknya tak begitu menonjol di kelas. Saat itu, hanya kenakalannya lah yang paling menonjol sehingga membuatku harus bolak balik kesekolah untuk mendengarkan pengaduan dari guru-gurunya begitu pun saat penerimaan raport, aku pasti harus pulang paling akhir.  Duh, malunya! Beruntung, hubungan yang baik dua arah antar orangtua dan guru ini kemudian bisa membawa kemajuan menjadi lebih baik.   Sang guru dengan bantuan psikolog akhirnya mengetahui bahwa Kinara termasuk kategori anak superaktif sehingga dia disarankan mengikuti berbagai kegiatan sesuai dengan minatnya.  Hal yang harus kuiingat adalah selalu menghargai hal positif yang dilakukannya sehingga aktifitas terarah lebih baik . Berawal dari kegiatan positif pula diharapkan sisi negatifnya bisa berkurang. Guru wali kelasnya juga ikut membantu perkembangannya dengan memberikannya tanggung jawab. Awalnya mulai dari hal-hal kecil, menjadi “satpam” dikelas sampai ketua kelas kemudian meningkat menjadi dokter kecil di sekolah dan lama kelamaan diikutsertakan dalam berbagai perlombaan. Awalnya aku sempat ragu apakah dia mampu berprestasi, tak dinyana dalam berbagai perlombaan dia bisa menjadi juara. Prestasi yang diraihnya seakan memacu potensinya berkembang. Kini setelah beranjak remaja, prestasinya pun tetap baik bahkan jiwa kepemimpinannya pun kian terlihat dengan makin dicintai oleh sahabat-sahabatnya dan dipercaya menjadi anggota senat serta mewakili sekolah untuk maju ke ajang berbagai lomba.


Anak Kedua: Obi
Apapun yang disuka, aku selalu mendukungnya


Nah, lain Kinara, lain halnya pula Obi. Putera kedua ku ini sangatlah berbeda. Hal yang harus kulakukan adalah tidak membandingkan nilai akademis keduanya yang bagai langit dan bumi.  Obi putera keduaku termasuk slow-learner sehingga perlu latihan yang berulang-ulang untuk mengingat materi di sekolahnya. Meski demikian dia masih bisa mengikuti pelajaran dengan baik dan tak pernah sampai tinggal kelas. Bahkan ujian tengah semester lalu, nilai bahasa Inggrisnya merupakan nilai tertinggi di kelasnya. Dalam bidang matematika pun dia mempunyai nilai yang bagus meski lemah dalam hal menghapal atau belajar sejarah. Bagaimana pun Obi harus sering berlatih supaya dia pun melakukan segala sesuatu dengan maksimal. Meski hasilnya tak seperti yang kuharapkan namun aku bahagia bila dia mempunyai hasrat menjadi yang terbaik. Untuk selanjutnya aku pun harus mengenali bakat potensi dalam dirinya agar dia bisa berkembang dan tumbuh dengan optimal. Tak lupa sebagai orangtua aku membekalinya dengan latihan spiritual dan etika yang baik agar dia bisa tumbuh menyadari potensi sejatinya. Karena Obi adalah anak yang lebih perasa dan cenderung introvert, aku lebih banyak bertanya padanya mengenai apa yang dirasa dan dialaminya sehingga dia belajar untuk mengungkapkan perasaannya. Meski pada awalnya kesulitan, namun bukannya tak mungkin dengan timbulnya rasa percaya diri lambat laun dia merasa bangga bahwa ternyata dia pun mempunyai kemampuan mengatasi permasalahan. Karena lebih perasa,  maka aku pun juga lebih banyak memujinya dan memperhatikan sekecil apa pun kemajuan yang telah dilakukan dan memberikan penghargaan kepadanya. 

Anak Ketiga : Sabesatha 


Mendidik kedua puteraku yang berbeda adalah bekal untuk mendidik secara lebih baik lagi kepada Sabesatha, puteriku yang kini berusia 3 tahun. Ternyata mendidik anak perempuan jauh  lebih mudah ketimbang anak laki-laki. Perempuan lebih teratur dan mudah diarahkan.  Kebetulan Sabe mempunyai sifat yang mandiri sehingga pada saat pertama kali masuk PAUD dengan sendirinya dia menyuruhku pulang ke rumah. “Mama masak dulu, nanti jemput aku,” Terus terang aku sedikit kaget, kupikir dia anak manja dirumah dan bakal menangis di hari pertamanya. Maklum, dia puteri satu-satunya dan kakak-kakaknya sangat memanjakannya. Ternyata curahan kasih sayang kami membuat rasa percaya dirinya pun meningkat. Sabe mudah bergaul dan senang mengikuti banyak aktifitas. Bahkan di sekolah PAUDnya yang hanya 3 hari masih membuatnya merasa kurang kegiatan. Sabe ingin tiap hari sekolah. Jadilah kemudian aku mendaftarkan dirinya di dua PAUD dengan jadual hari yang berbeda agar bisa merasakan sekolah tiap hari seperti yang dimintanya. Kulihat tidak ada rasa bosan bersekolah. Mungkin itu karena memang sudah niat dalam dirinya yang telah siap sekolah. Yang jelas, aku selalu percaya padanya bahwa dia bisa melampaui dunianya sehingga berani bereksplorasi. Sering memberikan dukungan berupa pujian dan kepercayaan dengan pelukan dan ciuman seakan memberinya rasa tenang dan dia pun menghadapi hari-harinya dengan penuh antusias.
Dari semua ketiga anakku, aku berusaha memenuhi kebutuhan kasih sayang dan perhatian yang merata. Itulah prioritas utamaku dalam mendidik mereka supaya mereka tumbuh dalam kasih sayang dan menjadi pemimpin yang berbudi luhur. Aku juga selalu merenungkan tulisan Khalil Gibran dibawah ini,

Anak-anakmu adalah bukan anak-anakmu
Mereka adalah putra-putri kehidupan
Yang merindukan dirinya sendiri
Mereka datang melaluimu namun tidak darimu
Meskipun mereka bersamamu
Mereka bukanlah milikmu
Engkau boleh memberikan cintamu pada mereka
Tapi tidak pemikiranmu
Karena mereka memiliki pemikiran mereka sendiri
Engkau boleh berusaha menyamai merke, tapi janganlah
Berusaha membuat mereka sama denganmu








Tulisan ini diikutsertkan dalam #LombaBlogNUB






Senin, 30 September 2013

Pilihanku Hanya Kertas Photo Blueprint


Kertas Photo Blueprint pilihan keluarga kami. Hasil cetakannya prima, lembut, cepat kering serta tampilan warnanya bisa sangat sempurna. Kertas Photo Blueprint juga tak mudah luntur sehingga kami pun tak perlu khawatir akan cetakan foto keluarga kami. Mau dibawa kemana pun, tanpa dipigura selama bertahun-tahun, hasilnya tetap indah dipandang mata. Sungguh .., Blueprint pilihan tepat!

Selasa, 16 Juli 2013

Perjalanan Lucu ke Hongkong


Siapa sangka, saat liburan tahun lalu kami sekeluarga mendapat kesempatan liburan ke Hongkong. Rasanya hampir tak percaya, bisa mendapatkan liburan gratis ke luar negeri. Liburan ke HK (Hongkong) yang kami dapatkan melalui sebuah undian itu memang membuat kami kegirangan namun juga terbersit rasa was-was, bagaimana nanti kami disana. Maklum, ini merupakan perjalanan pertama kali ke luar negeri. Ehhh.. boro-boro ke luar negeri, naik pesawat aja seumur-umur belum pernah. Aihh… ndeso amat yaa…. Ditambah lagi pihak penyelenggara hanya mentransfer uang saku dan biaya transport dari kota asal ke bandara. Maka dari itu kami harus mencari taxi dan paling tidak menginap sehari di Jakarta. Untunglah ada kerabat yang bisa menampung kami seharian.



Supaya semuanya berjalan lancar,  sebelum berangkat harus ada persiapan matang. Beberapa hari sebelum berangkat, kuputuskan untuk pergi ke ACE HARDWARE. Kami yakin bahwa di ACE HARDWARE lah semua bisa didapakan dengan mudah. Apalagi untuk perlengkapan liburan, banyak sekali diskon produk, mulai dari trolley bag, sleeping bag, travel blanket, softbag cooler, dan masih banyak perlengkapan lainnya. Akhirnya pilihan jatuh ke Luggo Trolley Bag warna Blue yang terlihat kokoh dan mantap. Rencananya, aku tak membawa banyak baju meski trolleynya besar. Mending sekalian aku berbelanja pakaian di sana. Selain langsung dipakai juga hemat tempat. Bawaan pun tidak bakal terkena charge over weight di pesawat. Namun was-was juga, bagaimana anak-anak nanti? Seandainya mereka muntah, ngompol atau baju mereka basah pasti perlu bawa baju lebih banyak dong. Akhirnya, semestinya mau bawa sedikit malah jadi banyak juga. Belum diapers si kecil yang sudah makan tempat. Hadeehhhh……! Beginilah rasanya berlibur dengan anak kecil. Repot banget!




Keberangkatan dari Jakarta – Hongkong adalah di pagi hari pukul 10.00 yang diperkirakan sampai pukul 15.55. Jadi perlu waktu hampir 5 jam untuk sampai ke tujuan. Kami pun berangkat dari rumah saudara sekitar pukul 7 pagi dengan taxi. Takut kena macet! Ternyata memang benar kata saudaraku. Jakarta sekarang makin parah saja macetnya. Beruntung masih ada waktu untuk kami menunggu di Bandara Soekarno-Hatta. Karena waktu keberangkatan hampir tiba, kami pun memutuskan untuk check-in. Namun betapa kagetnya ketika petugas bertanya, “Lho, Bapak dan Ibu ini mau kemana?” Ditanya demikian kami malah jadi tambah bingung. “Lhaa…, kan tuh tiketnya ke Hongkong, Pak. Memang ada kesalahan tiketnya yaa?” Tanya suamiku. Petugas itu kemudian menjelaskan, “Bukan masalah tiketnya yang salah, Pak. Tapi keberadaan Bapak sekeluarga ini yang salah,” Nah.., loh. Tambah bingung kan jadinya. Sepertinya petugas mengetahui kebingungan kami, kemudian menjelaskan. “Begini, Pak. Semestinya Bapak dan keluarga bukan berada di Terminal Domestik Pak, melainkan di Terminal keberangkatan khusus untuk penerbangan Internasional. Segera saja Bapak dan Ibu menuju ke Terminal 2.”  Alamaakkkk… baru tahu ternyata di bandara Soekarno Hatta punya tempat keberangkatan penerbangan yang berbeda-beda. Oalahhh…! Hiks.. rasanya mata nih sudah panas karena mau nangis.
“Haduuhhh…, tolong kami Pak, bagaimana saya menuju Terminal 2?” tanyaku. Suamiku pun kemudian mengajak kami naik taxi, namun petugas menyarankan agar kami naik ojek saja karena lebih cepat sampai, berhubung waktunya juga hampir habis. Aduuuhh… Ngojek? Gak salah ,nih? Mana dandanan sudah super duper keren. Pakai rok mini pula. Kebayang kalau ngojek,  kedua kakiku pun juga harus “ngangkang” untuk menjaga si kecil yang kupangku. Kulihat, suamiku pun memanggil tiga buah ojek mengingat bawaan kami yang juga banyak. Salah satu tukang ojek mengulungkan helm padaku. Kulihat helmnya menjijikkan sekali. Pasti juga bau, deh. Bayangkan, berapa kepala yang memakainya. Belum keringat yang bersarang disitu ditambah cuaca panas. Oh My God!  “Ah, gak usah dipakai, Pak. Panassss…!” alasanku menolaknya. Tukang ojek pun tetap memaksa, “Wooo.., gak bisa Bu. Ntar ketangkep polisi, gimane? Bisa berabe!”  Kulihat suamiku pun mulai melotot seolah tak suka aku banyak alasan. Yaaaa... Nasiibb deh. Akhirnya aku pun memakainya dengan berat hati. Belum lagi kulihat pak Ojek yang tersenyum-senyum melihatku ngangkang pake rok mini.
Segera kami menuju terminal yang dimaksud dan melakukan check-in. Petugas pun kaget karena kami terlambat. Hampir saja pintu keberangkatan ditutup. Akhirnya kami tergopoh-gopoh masuk dan menikmati perjalanan ke Hongkong. Aihhh.., akhirnya.. Hampir saja!





15.55, Pesawat landing dan kami pun sampai di Hongkong International Airport. Masih harus mengantre juga di bagian imigrasi. Kulihat disini teratur sekali. Berulangkali puteraku kena tegur petugas karena selalu berusaha keluar antean. Ketika dokumen telah resmi mendapatkan cap, kami pun melenggang masuk. Tiba-tiba ada petugas imigrasi wanita yang berteriak-teriak. Karena tak tahu bahasa mereka, aku pun cuwek saja dan tetap jalan. Ehh, petugas wanita itu pun berlari menghampiriku. Ternyata, topi yang kupakai harus dilepas dan anak yang kugendong harus dicek lebih dulu kesehatannya. Oww.. sepertinya mereka khawatir para turis membawa penyakit menular seperti flu burung kali, yaa?

Hongkong International Airport demikian luas dan sangat indah. Hampir kami kebingungan menemukan local guide yang dimaksud karena disana banyak juga guide2 dengan bendera-bendera sebagai tanda pengenal. Beruntung kami kemudian bertemu dengan Pak Harry. Local guide yang berasal dari Surabaya ini sudah sangat menguasai HK. Bersama tim pemenang undian lainnya pun kami kemudian bertemu muka dan langsung city tour ke Victoria Peak. Bukit dengan ketinggian curam yang keindahannya kami nikmati dengan menggunakan Tram. Di Victoria Peak ini kita bisa melihat kota Hongkong secara jelas ke semua penjuru terutama pencakar-pencakar langitnya yang memang berada di seberang Hongkong Island -Kowloon ataupun yang berada di Hongkong Island sendiri. Lokasinya sendiri sesuai namanya merupakan puncak tertinggi dari Hongkong yang berada diatas permukaan laut sekitar 525 m di Hongkong Island. Disini, kami begitu takjub. Betapa bukit setinggi itu juga terdapat mall yang besar. Bahkan Madamme Tussaud juga ada disini.





Setelah itu pada malam harinya kami makan malam di Fung Shing Restaurant. Waaa… , ternyata makanan di Hongkong memang enak. Semuanya serba seafood. Hampir semua menu yang disajikan selalu mengandalkan ikan, udang, kerang dan cumi-cumi. Sebenarnya aku sudah lama memang menghindari seafood karena takut alergiku kumat. Namun karena lapar, aku lupakan pantangan itu. Ah, ternyata benar saja. Aku mulai merasakan tak nyaman. Kulitku pun merah-merah bak melepuh, menyusul yang paling parah yaitu bibirku jadi jontor bak nutty professor gitu. Walah, gawat! Berubah bentuk, nih. Malunya gak ketulungan. Lapar hilang, bencana datang. “Hadehh, Mom! Bandel sih makan ikan segala. Tuh lihat bibirmu kayak donal bebek. Mana obat alergimu?” Tanya suamiku sambil membuka koper yang kubeli dari ACE HARDWARE ketika kami sudah sampai di Hotel.  “Huuu..huu..hu… lupa gak bawa obatnya, Pa.” isakku. Kulihat di kaca Hotel wajahku jadi memalukan begitu. Untungnya Hotel yang kutempati terhubung dengan mall besar sehingga suamiku dan teman seperjalanan malah jadi repot malam-malam mencarikan obat alergi.

Beruntung obat alergi yang dibelinya bisa segera meredakan rasa tak nyamanku dengan cepat sehingga keesokan harinya pun tak parah-parah amat rasanya meski bibirku agak sedikir dower. Wah, harus hati-hati banget nih dalam urusan makan kalau tak mau kembali runyam. Nah, esok harinya, tanggal 27 Juni 2012 kami menuju ke Disneyland Hongkong. Wahh.. anak-anak sudah tak sabar menantikan event ini apalagi pas hari Rabu memang ada acara kembang api disana sehingga tour guide kami pun melepas kami seharian dan dengan dibekali meal coupon untuk makan siang dan malam di sana. Ternyata Disneyland Hongkong sangat luas dan letak wahana satu dan lainnya terpencar-pencar. Capek juga. Ditambah panasnya minta ampun, deh. Boleh dibilang panasnya serupa kota Jakarta, deh. Melihatku selalu ngos-ngos’an mengendong si kecil dan berlari-lari mengejar anak lelakiku karena takut hilang, akhirnya ada dia mengambil stroller yang berderet terparkir di sisi tembok arena hiburan. “Waahhh… , pinter juga pengelolanya yaa.. menyediakan stroller gratis.” Kataku girang. Kami pun kemudian berjalan-jalan menyusuri berbagai wahana permainan disana. Tak lama kemudian, ada petugas mendatangi kami dan menyuruh kami memberikan stroller itu karena belum bayar. Waaahh… ternyata pake bayar, kami pikir gratisan. He..he..he..

Esoknya perjalanan pulang. Kebetulan mini bar hotel dinyatakan free of charge. Aseekkk… Sikattt semuanya! Kupikir bisa buat persediaan camilan dalam perjalanan nanti. Hmm.. namanya juga emak-emak pasti juga mikir ntar siapa tahu anak-anak butuh camilan. Ngirit juga kan daripada beli di airport harganya pasti mahal. Masalah tiba ketika kami hendak melakukan proses check-in, teman seperjalanan mengetahui bawaan kami. Sambil tersenyum dia mengingatkan, “Waa… gak salah nih bawa minuman segitu banyak?” “Memang kenapa?” tanyaku. Temanku pun  menunjuk papan peraturan yang tidak memperbolehkan cairan lebih dari 100ml masuk ke dalam pesawat kecuali dimasukkan dalam bagasi pesawat. “Waa.. , terus, gimana dong? Masak harus kuminum sebanyak ini?” Teman-teman pun pada menertawakanku. Akhirnya mereka pun membantu menghabiskan minuman yang kubawa daripada nanti dibuang petugas di bagian pengecekan.
Perjalananku memang banyak kesalahan, dan dampak dari kesalahan yang terjadi malah membuat kami banyak pengetahuan sehingga tak mengulang lagi kesalahan yang sama. Pokoknya setelah pergi ke luar negeri, meski sempat nelangsa di awal keberangkatan tapi membuat kami tak akan kapok untuk bepergian. Asal ada gratisan lagi.. He..he..he..




Senin, 15 Juli 2013

Cerita Lucu ke Hongkong


Siapa sangka, saat liburan tahun lalu kami sekeluarga mendapat kesempatan liburan ke Hongkong. Rasanya hampir tak percaya, bisa mendapatkan liburan gratis ke luar negeri.  Liburan ke HK (Hongkong) yang kami dapatkan melalui sebuah undian itu memang membuat kami kegirangan namun juga terbersit rasa was-was, bagaimana nanti kami disana. Maklum, ini merupakan perjalanan pertama kali ke luar negeri. Ehhh.. boro-boro ke luar negeri, naik pesawat aja seumur-umur belum pernah. Aihh… ndeso amat yaa…. Ditambah lagi pihak penyelenggara hanya mentransfer uang saku dan biaya transport dari kota asal ke bandara. Maka dari itu kami harus mencari taxi dan paling tidak menginap sehari di Jakarta. Untunglah ada kerabat yang bisa menampung kami seharian.


Supaya semuanya berjalan lancar,  sebelum berangkat harus ada persiapan matang. Beberapa hari sebelum berangkat, kuputuskan untuk pergi ke ACE HARDWARE. Kami yakin bahwa di ACE HARDWARE lah semua bisa didapakan dengan mudah. Apalagi untuk perlengkapan liburan, banyak sekali diskon produk, mulai dari trolley bag, sleeping bag, travel blanket, softbag cooler, dan masih banyak perlengkapan lainnya. Akhirnya pilihan jatuh ke Luggo Trolley Bag warna Blue yang terlihat kokoh dan mantap. Rencananya, aku tak membawa banyak baju meski trolleynya besar. Mending sekalian aku berbelanja pakaian di sana. Selain langsung dipakai juga hemat tempat. Bawaan pun tidak bakal terkena charge over weight di pesawat. Namun was-was juga, bagaimana anak-anak nanti? Seandainya mereka muntah, ngompol atau baju mereka basah pasti perlu bawa baju lebih banyak dong. Akhirnya, semestinya mau bawa sedikit malah jadi banyak juga. Belum diapers si kecil yang sudah makan tempat. Hadeehhhh……! Beginilah rasanya berlibur dengan anak kecil. Repot banget!

Keberangkatan dari Jakarta – Hongkong adalah di pagi hari pukul 10.00 yang diperkirakan sampai pukul 15.55. Jadi perlu waktu hampir 5 jam untuk sampai ke tujuan. Kami pun berangkat dari rumah saudara sekitar pukul 7 pagi dengan taxi. Takut kena macet! Ternyata memang benar kata saudaraku. Jakarta sekarang makin parah saja macetnya. Beruntung masih ada waktu untuk kami menunggu di Bandara Soekarno-Hatta. Karena waktu keberangkatan hampir tiba, kami pun memutuskan untuk check-in. Namun betapa kagetnya ketika petugas bertanya, “Lho, Bapak dan Ibu ini mau kemana?” Ditanya demikian kami malah jadi tambah bingung. “Lhaa…, kan tuh tiketnya ke Hongkong, Pak. Memang ada kesalahan tiketnya yaa?” Tanya suamiku. Petugas itu kemudian menjelaskan, “Bukan masalah tiketnya yang salah, Pak. Tapi keberadaan Bapak sekeluarga ini yang salah,” Nah.., loh. Tambah bingung kan jadinya. Sepertinya petugas mengetahui kebingungan kami, kemudian menjelaskan. “Begini, Pak. Semestinya Bapak dan keluarga bukan berada di Terminal Domestik Pak, melainkan di Terminal keberangkatan khusus untuk penerbangan Internasional. Segera saja Bapak dan Ibu menuju ke Terminal 2.”  Alamaakkkk… baru tahu ternyata di bandara Soekarno Hatta punya tempat keberangkatan penerbangan yang berbeda-beda. Oalahhh…! Hiks.. rasanya mata nih sudah panas karena mau nangis.
“Haduuhhh…, tolong kami Pak, bagaimana saya menuju Terminal 2?” tanyaku. Suamiku pun kemudian mengajak kami naik taxi, namun petugas menyarankan agar kami naik ojek saja karena lebih cepat sampai, berhubung waktunya juga hampir habis. Aduuuhh… Ngojek? Gak salah ,nih? Mana dandanan sudah super duper keren. Pakai rok mini pula. Kebayang kalau ngojek,  kedua kakiku pun juga harus “ngangkang” untuk menjaga si kecil yang kupangku. Kulihat, suamiku pun memanggil tiga buah ojek mengingat bawaan kami yang juga banyak. Salah satu tukang ojek mengulungkan helm padaku. Kulihat helmnya menjijikkan sekali. Pasti juga bau, deh. Bayangkan, berapa kepala yang memakainya. Belum keringat yang bersarang disitu ditambah cuaca panas. Oh My God!  “Ah, gak usah dipakai, Pak. Panassss…!” alasanku menolaknya. Tukang ojek pun tetap memaksa, “Wooo.., gak bisa Bu. Ntar ketangkep polisi, gimane? Bisa berabe!”  Kulihat suamiku pun mulai melotot seolah tak suka aku banyak alasan. Yaaaa... Nasiibb deh. Akhirnya aku pun memakainya dengan berat hati. Belum lagi kulihat pak Ojek yang tersenyum-senyum melihatku ngangkang pake rok mini.
Segera kami menuju terminal yang dimaksud dan melakukan check-in. Petugas pun kaget karena kami terlambat. Hampir saja pintu keberangkatan ditutup. Akhirnya kami tergopoh-gopoh masuk dan menikmati perjalanan ke Hongkong. Aihhh.., akhirnya.. Hampir saja!

15.55, Pesawat landing dan kami pun sampai di Hongkong International Airport. Masih harus mengantre juga di bagian imigrasi. Kulihat disini teratur sekali. Berulangkali puteraku kena tegur petugas karena selalu berusaha keluar antean. Ketika dokumen telah resmi mendapatkan cap, kami pun melenggang masuk. Tiba-tiba ada petugas imigrasi wanita yang berteriak-teriak. Karena tak tahu bahasa mereka, aku pun cuwek saja dan tetap jalan. Ehh, petugas wanita itu pun berlari menghampiriku. Ternyata, topi yang kupakai harus dilepas dan anak yang kugendong harus dicek lebih dulu kesehatannya. Oww.. sepertinya mereka khawatir para turis membawa penyakit menular seperti flu burung kali, yaa?




Hongkong International Airport demikian luas dan sangat indah. Hampir kami kebingungan menemukan local guide yang dimaksud karena disana banyak juga guide2 dengan bendera-bendera sebagai tanda pengenal. Beruntung kami kemudian bertemu dengan Pak Harry. Local guide yang berasal dari Surabaya ini sudah sangat menguasai HK. Bersama tim pemenang undian lainnya pun kami kemudian bertemu muka dan langsung city tour ke Victoria Peak. Bukit dengan ketinggian curam yang keindahannya kami nikmati dengan menggunakan Tram. Di Victoria Peak ini kita bisa melihat kota Hongkong secara jelas ke semua penjuru terutama pencakar-pencakar langitnya yang memang berada di seberang Hongkong Island -Kowloon ataupun yang berada di Hongkong Island sendiri. Lokasinya sendiri sesuai namanya merupakan puncak tertinggi dari Hongkong yang berada diatas permukaan laut sekitar 525 m di Hongkong Island. Disini, kami begitu takjub. Betapa bukit setinggi itu juga terdapat mall yang besar. Bahkan Madamme Tussaud juga ada disini.

Setelah itu pada malam harinya kami makan malam di Fung Shing Restaurant. Waaa… , ternyata makanan di Hongkong memang enak. Semuanya serba seafood. Hampir semua menu yang disajikan selalu mengandalkan ikan, udang, kerang dan cumi-cumi. Sebenarnya aku sudah lama memang menghindari seafood karena takut alergiku kumat. Namun karena lapar, aku lupakan pantangan itu. Ah, ternyata benar saja. Aku mulai merasakan tak nyaman. Kulitku pun merah-merah bak melepuh, menyusul yang paling parah yaitu bibirku jadi jontor bak nutty professor gitu. Walah, gawat! Berubah bentuk, nih. Malunya gak ketulungan. Lapar hilang, bencana datang. “Hadehh, Mom! Bandel sih makan ikan segala. Tuh lihat bibirmu kayak donal bebek. Mana obat alergimu?” Tanya suamiku sambil membuka kopor yang kubeli dari ACE HARDWARE ketika kami sudah sampai di Hotel.  “Huuu..huu..hu… lupa gak bawa obatnya, Pa.” isakku. Kulihat di kaca Hotel wajahku jadi memalukan begitu. Untungnya Hotel yang kutempati terhubung dengan mall besar sehingga suamiku dan teman seperjalanan malah jadi repot malam-malam mencarikan obat alergi.





Beruntung obat alergi yang dibelinya bisa segera meredakan rasa tak nyamanku dengan cepat sehingga keesokan harinya pun tak parah-parah amat rasanya meski bibirku agak sedikir dower. Wah, harus hati-hati banget nih dalam urusan makan kalau tak mau kembali runyam. Nah, esok harinya, tanggal 27 Juni 2012 kami menuju ke Disneyland Hongkong. Wahh.. anak-anak sudah tak sabar menantikan event ini apalagi pas hari Rabu memang ada acara kembang api disana sehingga tour guide kami pun melepas kami seharian dan dengan dibekali meal coupon untuk makan siang dan malam di sana. Ternyata Disneyland Hongkong sangat luas dan letak wahana satu dan lainnya terpencar-pencar. Capek juga. Ditambah panasnya minta ampun, deh. Boleh dibilang panasnya serupa kota Jakarta, deh. Melihatku selalu ngos-ngos’an mengendong si kecil dan berlari-lari mengejar anak lelakiku karena takut hilang, akhirnya ada dia mengambil stroller yang berderet terparkir di sisi tembok arena hiburan. “Waahhh… , pinter juga pengelolanya yaa.. menyediakan stroller gratis.” Kataku girang. Kami pun kemudian berjalan-jalan menyusuri berbagai wahana permainan disana. Tak lama kemudian, ada petugas mendatangi kami dan menyuruh kami memberikan stroller itu karena belum bayar. Waaahh… ternyata pake bayar, kami pikir gratisan. He..he..he..


Esoknya perjalanan pulang. Kebetulan mini bar hotel dinyatakan free of charge. Aseekkk… Sikattt semuanya! Kupikir bisa buat persediaan camilan dalam perjalanan nanti. Hmm.. namanya juga emak-emak pasti juga mikir ntar siapa tahu anak-anak butuh camilan. Ngirit juga kan daripada beli di airport harganya pasti mahal. Masalah tiba ketika kami hendak melakukan proses check-in, teman seperjalanan mengetahui bawaan kami. Sambil tersenyum dia mengingatkan, “Waa… gak salah nih bawa minuman segitu banyak?” “Memang kenapa?” tanyaku. Temanku pun  menunjuk papan peraturan yang tidak memperbolehkan cairan lebih dari 100ml masuk ke dalam pesawat kecuali dimasukkan dalam bagasi pesawat. “Waa.. , terus, gimana dong? Masak harus kuminum sebanyak ini?” Teman-teman pun pada menertawakanku. Akhirnya mereka pun membantu menghabiskan minuman yang kubawa daripada nanti dibuang petugas di bagian pengecekan.
Perjalananku memang banyak kesalahan, dan dampak dari kesalahan yang terjadi malah membuat kami banyak pengetahuan sehingga tak mengulang lagi kesalahan yang sama. Pokoknya setelah pergi ke luar negeri, meski sempat nelangsa di awal keberangkatan tapi membuat kami tak akan kapok untuk bepergian. Asal ada gratisan lagi.. He..he..he..




Sabtu, 29 Juni 2013

Berprestasi Berkat Xcelbrain







Berprestasi berkat Xcelbrain? Rasanya bagai mimpi. Saat puteraku terjerat pada keasikan bermain game maka dia pun sulit untuk melepaskan diri.  Game berupa PlayStation yang kuberikan itu pada awalnya untuk menyemangati dirinya belajar. Namun kini  justru malah membuat masalah bertambah. Kinara atau yang biasa kupanggil Kiki, puteraku yang waktu itu masih duduk di bangku SD cenderung tak peduli pada kegiatan lain seperti mandi, belajar, bermain dengan teman sebayanya, bahkan makan pun juga cepat-cepat seakan game telah menunggunya. Pantas saja menurut gurunya, makin lama dia cenderung menarik diri dari lingkungan, kehilangan kendali dan cenderung gelisah serta sering menganggu di kelas. Meski nilainya masih diatas rata-rata kelas, namun game ternyata mempengaruhi pembentukan perilakunya. Banyak para orangtua murid yang mengeluh karena kenakalannya. Adaaa…saja kelakuan Kiki anakku. Mulai dari berlaku menyerupai karakter dalam game sampai tidak mempertimbangkan akibat perbuatan agresifnya terhadap teman-temannya. Pernah dia mengunci salah satu temannya di lemari, menusuk teman dengan pensil, menendang teman puterinya dan masih banyak kenakalan yang diperbuatnya dalam kelas yang membuatku malu Gara-gara kenakalannya aku makin jarang menjemputnya kesekolah. Habis, ibu-ibu pasti menegurku bahkan ada yang sampai memarahiku. Aku pun  memaklumi apa yang mereka rasakan.  Siapa sih yang terima kalau anaknya  tersakiti  oleh anak lain?



Kebetulan salah seorang teman merupakan psikolog. Beliau menyarankan agar Kiki diberikan banyak kegiatan mengingat dia termasuk anak yang superaktif sehingga energinya bisa tersalurkan secara positif. Selain itu, sebaiknya membuat kesepakatan bersama puteraku agar memperkecil dampak negative game pada dirinya.  Bersama guru wali kelasnya pun aku juga makin banyak berkonsultasi mengenai kemajuan perilaku Kiki.

“Bu, maaf yaa kalau Kiki selama ini saya jadikan OB dikelas.” Kata Bu Ima,  guru wali kelasnya suatu kali.
 “OB apa itu Bu?” tanyaku keheranan.
Ibu Ima pun kemudian tersenyum geli, “OB itu singkatan dari Office Boy, Bu. Sekali lagi maaf ya Bu, sebelumnya. Saya sering menyuruh Kiki melakukan aktifitas lain selain belajar di kelas. Maklum Bu,  biasanya seusai mengerjakan tugas, dia pasti menganggu temannya.  Supaya tidak usil, saya pun sering menyuruhnya menghapus papan tulis, fotocopy, membagikan tabungan dan sebagainya.” Bu Ima pun terlihat agak takut-takut, khawatir aku akan tersinggung. Padahal penjelasan barusan membuatku lega.

“Ah, tak masalah Bu, justru saya yang harus berterimakasih , Semoga makin berkurang kenakalannya di dalam kelas sehingga tak ada lagi anak yang jadi korban keusilannya.  Harapanku mudah-mudahan semakin lama dia makin positif.” Ibu Ima pun mengangguk mengiyakan dan dia pun tersenyum serta menjanjikan akan lebih memperhatikan perkembangan Kiki.  
Kurasakan makin lama terjadi peningkatan perilaku yang memang menggembirakan. Meski masih saja Bu Ima melaporkan Kiki masih cerewet dalam kelas, namun sifat agresifnya tak lagi muncul.

Kepada Kiki,  aku juga membuat aturan mengenai berapa lama dalam seminggu dia boleh bermain game, kapan waktu yang tepat dan sanksi apa yang kuberikan padanya bila melanggar kesepakatan. Kusadari, aku tak boleh terlalu lama membiarkan dirinya tenggelam dalam jeratan game. Rasa khawatir membuatku merasa harus cepat mengambil tindakan agar tak terlambat. Mumpung dia masih dalam taraf pertumbuhan. Awalnya Kiki keberatan, namun ketika kujelaskan efek negative dari bermain game, dia pun dengan terpaksa menuruti aturanku.
























Sebagai gantinya, aku sering menemaninya berenang.  Suamiku juga sering mengajaknya lari-lari pagi dan push-up. Ternyata dari melakukan banyak kegiatan olahraga, hubungan kami semakin dekat. Lewat kedekatan itulah Kiki bisa makin positif. Sepertinya olahraga bersinergi memberikan rasa tenang dan kesabaran. 

Suatu kali, bu Ima pun mendaftarkannya lomba untuk mewakili sekolah. Terus terang aku merasa kaget dan cemas. Aku takut bila Kiki tak bisa membanggakan nama sekolahnya, namun Bu Ima pun meyakinkanku. “Menang atau kalah itu hal yang biasa, Bu. Yang penting kita memberikan kesempatan pada Kiki untuk meningkatkan kemampuannya.”  Melihat semangat bu Ima dan Kiki, aku pun mendukung dengan selalu menemaninya belajar dan mencari bahan-bahan pendukung untuk lombanya. Ngeri juga.. apalagi Kiki langsung dimasukkan dalam dua buah lomba, yaitu  Olympiade Sains dan Cerdas Cermat tingkat Kabupaten. Tak dinyana semua lomba tersebut Kiki meraih juara. Pada Olympiade Sains dia meraih juara ke-3 sedangkan Cerdas Cermat Tk Kabupaten meraih juara pertama. Setelah prestasi itu diraih, beruntun prestasi lainnya pun juga disabetnya. Mulai dari lomba menggambar, bahasa Inggris, Matematika serta Sains. Tak kurang dari 50 piala dan piagam penghargaan di berbagai bidang mata pelajaran pun didapatnya.

Prestasi demi prestasi yang dicapai menjadikannya tumbuh menjadi makin baik dari hari ke hari. Untuk mendukung segala aktifitasnya yang padat,  aku selalu memberinya Cerebrovit X-Cel dua kali sehari untuk memenuhi kebutuhan vitamin, mineral dan nutrisi otaknya. Terbukti, selain mempunyai daya tahan tubuh yang kuat dan tak gampang sakit, konsentrasinya juga bagus.

Kini Kiki telah duduk di bangku SMP kelas 3 dan lulus dengan nilai baik (NEM 34.00), bahkan terdapat nilai sempurna dalam nilai ijasahnya. Melihat perkembangannya kini dan ketika flash-back ke masa ketergantungannya akan game, aku makin besyukur. Kiki terbiasa untuk mendisiplinkan dirinya antara belajar, bermain dan aktifitasnya berolahraga.
Di usianya yang makin dewasa tak pernah lagi kumerasakan keluhan dari para guru pengampunya, bahkan sebaliknya dia mampu membantu teman-teman dan adiknya saat belajar.




Kusadari bahwa anak ibarat bunga. Kita tak bisa mengubah warna bunga (karakter seorang anak). Sebagai orangtua,  yang bisa kita lakukan adalah menjaga bunga tersebut agar terhindar dari pengaruh hama (lingkungan yang buruk)  serta memberikannya stimulasi agar tumbuh maksimal (memberikan gizi seimbang plus Cerebrovit X-Cel sebagai supplemen makanan).  Pengaruh Cerebrovit X-Cel memang sangat mendukung konsentrasi belajarnya. Itu karena kandungan asam folat  dan asam L-glutamat bisa merangsang daya ingat Kiki sehingga makin tajam dan tak mudah lupa uraian guru di kelasnya. Kuingat, ketika ujian pun aku tak terlalu khawatir berlebihan dan Kiki pun tak perlu belajar SKS (Sistem Kebut Semalam) seperti anak-anak lain pada umumnya. Itu karena materi yang diajarkan dari hari kehari  telah melekat kuat di ingatannya sehingga dia cukup hanya mengulangnya sedikit. Saat ujian pun, waktu belajar hanya 2 jam. Sama seperti dia belajar setiap harinya.

Bahkan berkat kemampuan otaknya dan minum Cerebrovit X-Cel secara rutin, daya kreatifitasnya pun juga makin meningkat. Karena senang dengan aplikasi software, hardware, perangkat komputer dan telepon seluler, seringkali Kiki menolong teman-temannya yang kesulitan. Pernah komputer di kelasnya terserang virus dan komponen komputer terbakar. Kiki pun memberanikan diri untuk memperbaiki sekaligus menginstall-ulang komputer tersebut dan ternyata berhasil.
 




Apa pun cita-citanya nanti, sebagai orangtua kami pasti mendukung, asal itu mampu bermanfaat bagi lingkungan dan dia bisa mempunyai kesempatan untuk  bekerja sesuai dengan passionnya. Bukankah bekerja dengan hati bisa membuat karya seseorang menjadi sangat sempurna? Aku ingin dia bisa memanfaatkan ilmu sebaik-baiknya.
Puteraku kini telah diterima di SMK Penerbangan AD dengan mudahnya. Syukurlah ketika tes fisik, tes buta warna dan ujian tertulis bisa dilewati dengan lancar. Meski nantinya dia harus indekost, aku mewanti-wanti agar tak lupa minum Cerebrovit X-Cel yang telah memberikan segala kebaikan untuknya. Apalagi masa pertumbuhan tak akan terulang kembali. Sangat disayangkan bukan? Kiki pun berjanji akan terus rajin belajar untuk masa depannya dan tetap melangsungkan kebiasaan minum Cerebrovit X-Cel dua kali sehari.  
  
Tak berlebihan karena Cerebrovit X-Cel memang istimewa. Wah .. betapa bahagianya hatiku melihat puteraku yang kini berusia 15 tahun bisa berprestasi dengan Xcelbrain

Cerebrovit X-Cel, suplemen makanan untuk mendukung aktivitas remaja masa kini.
Composition
L-Glutamic Acid 200 mg
Vit B1     5 mg
Vit B6     2 mg
Vit B12  1,5 mg
Vit C   60 mg
Vit E   30 mg
Zn   15 mg
Se   50 mg
Folic Acid 150 mg

Pharmacology
Asam L-Glutamat
  • membantu sel kimia yang berperan dalam mengantarkan rangsangan dari suatu sel saraf ke sel seraf lainnya sehingga dapat meningkatkan daya tangkap.
  • berguna untuk otak di segala usia.
Asam Folat
  • bersama vitamin B12 berperan pada proses pembekuan darah.
  • bersama Asam L-Glutamat berguna untuk meningkatkan daya ingat dan konsentrasi.
Vitamin B Kompleks
  • meningkatkan fungsi sel saraf.
  • mencegah anemia.
  • meningkatkan nafsu makan pada masa pemulihan penyakit kronis.
Vitamin C
  • penting untuk pertumbuhan dan mempertahankan kesehatan tulang, gigi, gusi, pembuluh darah, dan organ tubuh.
  • mempercepat masa penyembuhan (berperan pada pembentukan jaringan ikat untuk penyembuhan luka).
  • meningkatkan stamina.
Vitamin E
mencegah otak dari radikal bebas.
Zinc
berperan dalam metabolisme asam nukleat dan sintesa protein.
Selenium
  • antioksidan yang dapat menekan efek radikal bebas dan memperbaiki kerusakan sel.
  • bersama vitamin C, E, dan Zinc berfungsi sebagai antioksidan.
Dosage
1 – 2 kapsul/hari

Bagi yang belum mencoba, sudah saatnya membekali anak dengan Cerebrovit X-Cel agar bisa mengoptimalkan kemampuannya agar mampu meraih prestasi dengan Xcelbrain

Tulisan ini diikutsertakan dalam kontes X-Cel Blog Competition



010a977119dce94f18d1cf724b451e61_stamp