Sabtu, 29 Juni 2013

Berprestasi Berkat Xcelbrain







Berprestasi berkat Xcelbrain? Rasanya bagai mimpi. Saat puteraku terjerat pada keasikan bermain game maka dia pun sulit untuk melepaskan diri.  Game berupa PlayStation yang kuberikan itu pada awalnya untuk menyemangati dirinya belajar. Namun kini  justru malah membuat masalah bertambah. Kinara atau yang biasa kupanggil Kiki, puteraku yang waktu itu masih duduk di bangku SD cenderung tak peduli pada kegiatan lain seperti mandi, belajar, bermain dengan teman sebayanya, bahkan makan pun juga cepat-cepat seakan game telah menunggunya. Pantas saja menurut gurunya, makin lama dia cenderung menarik diri dari lingkungan, kehilangan kendali dan cenderung gelisah serta sering menganggu di kelas. Meski nilainya masih diatas rata-rata kelas, namun game ternyata mempengaruhi pembentukan perilakunya. Banyak para orangtua murid yang mengeluh karena kenakalannya. Adaaa…saja kelakuan Kiki anakku. Mulai dari berlaku menyerupai karakter dalam game sampai tidak mempertimbangkan akibat perbuatan agresifnya terhadap teman-temannya. Pernah dia mengunci salah satu temannya di lemari, menusuk teman dengan pensil, menendang teman puterinya dan masih banyak kenakalan yang diperbuatnya dalam kelas yang membuatku malu Gara-gara kenakalannya aku makin jarang menjemputnya kesekolah. Habis, ibu-ibu pasti menegurku bahkan ada yang sampai memarahiku. Aku pun  memaklumi apa yang mereka rasakan.  Siapa sih yang terima kalau anaknya  tersakiti  oleh anak lain?



Kebetulan salah seorang teman merupakan psikolog. Beliau menyarankan agar Kiki diberikan banyak kegiatan mengingat dia termasuk anak yang superaktif sehingga energinya bisa tersalurkan secara positif. Selain itu, sebaiknya membuat kesepakatan bersama puteraku agar memperkecil dampak negative game pada dirinya.  Bersama guru wali kelasnya pun aku juga makin banyak berkonsultasi mengenai kemajuan perilaku Kiki.

“Bu, maaf yaa kalau Kiki selama ini saya jadikan OB dikelas.” Kata Bu Ima,  guru wali kelasnya suatu kali.
 “OB apa itu Bu?” tanyaku keheranan.
Ibu Ima pun kemudian tersenyum geli, “OB itu singkatan dari Office Boy, Bu. Sekali lagi maaf ya Bu, sebelumnya. Saya sering menyuruh Kiki melakukan aktifitas lain selain belajar di kelas. Maklum Bu,  biasanya seusai mengerjakan tugas, dia pasti menganggu temannya.  Supaya tidak usil, saya pun sering menyuruhnya menghapus papan tulis, fotocopy, membagikan tabungan dan sebagainya.” Bu Ima pun terlihat agak takut-takut, khawatir aku akan tersinggung. Padahal penjelasan barusan membuatku lega.

“Ah, tak masalah Bu, justru saya yang harus berterimakasih , Semoga makin berkurang kenakalannya di dalam kelas sehingga tak ada lagi anak yang jadi korban keusilannya.  Harapanku mudah-mudahan semakin lama dia makin positif.” Ibu Ima pun mengangguk mengiyakan dan dia pun tersenyum serta menjanjikan akan lebih memperhatikan perkembangan Kiki.  
Kurasakan makin lama terjadi peningkatan perilaku yang memang menggembirakan. Meski masih saja Bu Ima melaporkan Kiki masih cerewet dalam kelas, namun sifat agresifnya tak lagi muncul.

Kepada Kiki,  aku juga membuat aturan mengenai berapa lama dalam seminggu dia boleh bermain game, kapan waktu yang tepat dan sanksi apa yang kuberikan padanya bila melanggar kesepakatan. Kusadari, aku tak boleh terlalu lama membiarkan dirinya tenggelam dalam jeratan game. Rasa khawatir membuatku merasa harus cepat mengambil tindakan agar tak terlambat. Mumpung dia masih dalam taraf pertumbuhan. Awalnya Kiki keberatan, namun ketika kujelaskan efek negative dari bermain game, dia pun dengan terpaksa menuruti aturanku.
























Sebagai gantinya, aku sering menemaninya berenang.  Suamiku juga sering mengajaknya lari-lari pagi dan push-up. Ternyata dari melakukan banyak kegiatan olahraga, hubungan kami semakin dekat. Lewat kedekatan itulah Kiki bisa makin positif. Sepertinya olahraga bersinergi memberikan rasa tenang dan kesabaran. 

Suatu kali, bu Ima pun mendaftarkannya lomba untuk mewakili sekolah. Terus terang aku merasa kaget dan cemas. Aku takut bila Kiki tak bisa membanggakan nama sekolahnya, namun Bu Ima pun meyakinkanku. “Menang atau kalah itu hal yang biasa, Bu. Yang penting kita memberikan kesempatan pada Kiki untuk meningkatkan kemampuannya.”  Melihat semangat bu Ima dan Kiki, aku pun mendukung dengan selalu menemaninya belajar dan mencari bahan-bahan pendukung untuk lombanya. Ngeri juga.. apalagi Kiki langsung dimasukkan dalam dua buah lomba, yaitu  Olympiade Sains dan Cerdas Cermat tingkat Kabupaten. Tak dinyana semua lomba tersebut Kiki meraih juara. Pada Olympiade Sains dia meraih juara ke-3 sedangkan Cerdas Cermat Tk Kabupaten meraih juara pertama. Setelah prestasi itu diraih, beruntun prestasi lainnya pun juga disabetnya. Mulai dari lomba menggambar, bahasa Inggris, Matematika serta Sains. Tak kurang dari 50 piala dan piagam penghargaan di berbagai bidang mata pelajaran pun didapatnya.

Prestasi demi prestasi yang dicapai menjadikannya tumbuh menjadi makin baik dari hari ke hari. Untuk mendukung segala aktifitasnya yang padat,  aku selalu memberinya Cerebrovit X-Cel dua kali sehari untuk memenuhi kebutuhan vitamin, mineral dan nutrisi otaknya. Terbukti, selain mempunyai daya tahan tubuh yang kuat dan tak gampang sakit, konsentrasinya juga bagus.

Kini Kiki telah duduk di bangku SMP kelas 3 dan lulus dengan nilai baik (NEM 34.00), bahkan terdapat nilai sempurna dalam nilai ijasahnya. Melihat perkembangannya kini dan ketika flash-back ke masa ketergantungannya akan game, aku makin besyukur. Kiki terbiasa untuk mendisiplinkan dirinya antara belajar, bermain dan aktifitasnya berolahraga.
Di usianya yang makin dewasa tak pernah lagi kumerasakan keluhan dari para guru pengampunya, bahkan sebaliknya dia mampu membantu teman-teman dan adiknya saat belajar.




Kusadari bahwa anak ibarat bunga. Kita tak bisa mengubah warna bunga (karakter seorang anak). Sebagai orangtua,  yang bisa kita lakukan adalah menjaga bunga tersebut agar terhindar dari pengaruh hama (lingkungan yang buruk)  serta memberikannya stimulasi agar tumbuh maksimal (memberikan gizi seimbang plus Cerebrovit X-Cel sebagai supplemen makanan).  Pengaruh Cerebrovit X-Cel memang sangat mendukung konsentrasi belajarnya. Itu karena kandungan asam folat  dan asam L-glutamat bisa merangsang daya ingat Kiki sehingga makin tajam dan tak mudah lupa uraian guru di kelasnya. Kuingat, ketika ujian pun aku tak terlalu khawatir berlebihan dan Kiki pun tak perlu belajar SKS (Sistem Kebut Semalam) seperti anak-anak lain pada umumnya. Itu karena materi yang diajarkan dari hari kehari  telah melekat kuat di ingatannya sehingga dia cukup hanya mengulangnya sedikit. Saat ujian pun, waktu belajar hanya 2 jam. Sama seperti dia belajar setiap harinya.

Bahkan berkat kemampuan otaknya dan minum Cerebrovit X-Cel secara rutin, daya kreatifitasnya pun juga makin meningkat. Karena senang dengan aplikasi software, hardware, perangkat komputer dan telepon seluler, seringkali Kiki menolong teman-temannya yang kesulitan. Pernah komputer di kelasnya terserang virus dan komponen komputer terbakar. Kiki pun memberanikan diri untuk memperbaiki sekaligus menginstall-ulang komputer tersebut dan ternyata berhasil.
 




Apa pun cita-citanya nanti, sebagai orangtua kami pasti mendukung, asal itu mampu bermanfaat bagi lingkungan dan dia bisa mempunyai kesempatan untuk  bekerja sesuai dengan passionnya. Bukankah bekerja dengan hati bisa membuat karya seseorang menjadi sangat sempurna? Aku ingin dia bisa memanfaatkan ilmu sebaik-baiknya.
Puteraku kini telah diterima di SMK Penerbangan AD dengan mudahnya. Syukurlah ketika tes fisik, tes buta warna dan ujian tertulis bisa dilewati dengan lancar. Meski nantinya dia harus indekost, aku mewanti-wanti agar tak lupa minum Cerebrovit X-Cel yang telah memberikan segala kebaikan untuknya. Apalagi masa pertumbuhan tak akan terulang kembali. Sangat disayangkan bukan? Kiki pun berjanji akan terus rajin belajar untuk masa depannya dan tetap melangsungkan kebiasaan minum Cerebrovit X-Cel dua kali sehari.  
  
Tak berlebihan karena Cerebrovit X-Cel memang istimewa. Wah .. betapa bahagianya hatiku melihat puteraku yang kini berusia 15 tahun bisa berprestasi dengan Xcelbrain

Cerebrovit X-Cel, suplemen makanan untuk mendukung aktivitas remaja masa kini.
Composition
L-Glutamic Acid 200 mg
Vit B1     5 mg
Vit B6     2 mg
Vit B12  1,5 mg
Vit C   60 mg
Vit E   30 mg
Zn   15 mg
Se   50 mg
Folic Acid 150 mg

Pharmacology
Asam L-Glutamat
  • membantu sel kimia yang berperan dalam mengantarkan rangsangan dari suatu sel saraf ke sel seraf lainnya sehingga dapat meningkatkan daya tangkap.
  • berguna untuk otak di segala usia.
Asam Folat
  • bersama vitamin B12 berperan pada proses pembekuan darah.
  • bersama Asam L-Glutamat berguna untuk meningkatkan daya ingat dan konsentrasi.
Vitamin B Kompleks
  • meningkatkan fungsi sel saraf.
  • mencegah anemia.
  • meningkatkan nafsu makan pada masa pemulihan penyakit kronis.
Vitamin C
  • penting untuk pertumbuhan dan mempertahankan kesehatan tulang, gigi, gusi, pembuluh darah, dan organ tubuh.
  • mempercepat masa penyembuhan (berperan pada pembentukan jaringan ikat untuk penyembuhan luka).
  • meningkatkan stamina.
Vitamin E
mencegah otak dari radikal bebas.
Zinc
berperan dalam metabolisme asam nukleat dan sintesa protein.
Selenium
  • antioksidan yang dapat menekan efek radikal bebas dan memperbaiki kerusakan sel.
  • bersama vitamin C, E, dan Zinc berfungsi sebagai antioksidan.
Dosage
1 – 2 kapsul/hari

Bagi yang belum mencoba, sudah saatnya membekali anak dengan Cerebrovit X-Cel agar bisa mengoptimalkan kemampuannya agar mampu meraih prestasi dengan Xcelbrain

Tulisan ini diikutsertakan dalam kontes X-Cel Blog Competition



010a977119dce94f18d1cf724b451e61_stamp


Rabu, 26 Juni 2013

Pesona Wisata Sejarah, Alam & Religi di GedongSongo

Bagi kami, liburan sangat penting karena memberikan banyak efek positif. Kami pun bisa berbagi nilai-nilai baik yang dianut keluarga seperti rasa hormat atau cinta terhadap keluarga. Tak perlu harus menunggu musim liburan atau hari Raya. Selama kami bisa meluangkan waktu maka kami pun akan mengajak anak-anak untuk berwisata. Seperti kali ini kami mengunjungi Candi Gedongsongo. Disana kami bisa menikmati  wisata alam sekaligus wisata sejarah yang  sangat menyenangkan. Awalnya Obi, puteraku yang berusia 7 tahun merasa keheranan saat kukatakan bahwa akan mengunjugi Candi. “Apa itu Candi, Ma?” Apakah tempat permandian?” tanyanya. “Bukan! Candi yang kita kunjungi adalah tempat sembahyang jaman dulu kala. Bangunannya tersusun dari bebatuan dan dulunya tempat itu dipercaya sebagai tempat tinggal para dewa.” Dengan wajah girang Obi pun berteriak, “Asiikkkk…. !Berarti aku disana bisa bertemu dengan para dewa dong , Ma. Nah, kalau begitu Obi bawa PS yaa.., biar bisa maen sama-sama”  Haiss.. susah juga menjelaskan padanya. Kukatakan saja bahwa makhluk dewa memang ada namun tak terlihat, sama seperti Tuhan yang ada namun tak terlihat. Barulah dia sepertinya mengerti. Yang penting Obi pun menyambut rencana kami dengan antusias.