Selasa, 16 Juli 2013

Perjalanan Lucu ke Hongkong


Siapa sangka, saat liburan tahun lalu kami sekeluarga mendapat kesempatan liburan ke Hongkong. Rasanya hampir tak percaya, bisa mendapatkan liburan gratis ke luar negeri. Liburan ke HK (Hongkong) yang kami dapatkan melalui sebuah undian itu memang membuat kami kegirangan namun juga terbersit rasa was-was, bagaimana nanti kami disana. Maklum, ini merupakan perjalanan pertama kali ke luar negeri. Ehhh.. boro-boro ke luar negeri, naik pesawat aja seumur-umur belum pernah. Aihh… ndeso amat yaa…. Ditambah lagi pihak penyelenggara hanya mentransfer uang saku dan biaya transport dari kota asal ke bandara. Maka dari itu kami harus mencari taxi dan paling tidak menginap sehari di Jakarta. Untunglah ada kerabat yang bisa menampung kami seharian.



Supaya semuanya berjalan lancar,  sebelum berangkat harus ada persiapan matang. Beberapa hari sebelum berangkat, kuputuskan untuk pergi ke ACE HARDWARE. Kami yakin bahwa di ACE HARDWARE lah semua bisa didapakan dengan mudah. Apalagi untuk perlengkapan liburan, banyak sekali diskon produk, mulai dari trolley bag, sleeping bag, travel blanket, softbag cooler, dan masih banyak perlengkapan lainnya. Akhirnya pilihan jatuh ke Luggo Trolley Bag warna Blue yang terlihat kokoh dan mantap. Rencananya, aku tak membawa banyak baju meski trolleynya besar. Mending sekalian aku berbelanja pakaian di sana. Selain langsung dipakai juga hemat tempat. Bawaan pun tidak bakal terkena charge over weight di pesawat. Namun was-was juga, bagaimana anak-anak nanti? Seandainya mereka muntah, ngompol atau baju mereka basah pasti perlu bawa baju lebih banyak dong. Akhirnya, semestinya mau bawa sedikit malah jadi banyak juga. Belum diapers si kecil yang sudah makan tempat. Hadeehhhh……! Beginilah rasanya berlibur dengan anak kecil. Repot banget!




Keberangkatan dari Jakarta – Hongkong adalah di pagi hari pukul 10.00 yang diperkirakan sampai pukul 15.55. Jadi perlu waktu hampir 5 jam untuk sampai ke tujuan. Kami pun berangkat dari rumah saudara sekitar pukul 7 pagi dengan taxi. Takut kena macet! Ternyata memang benar kata saudaraku. Jakarta sekarang makin parah saja macetnya. Beruntung masih ada waktu untuk kami menunggu di Bandara Soekarno-Hatta. Karena waktu keberangkatan hampir tiba, kami pun memutuskan untuk check-in. Namun betapa kagetnya ketika petugas bertanya, “Lho, Bapak dan Ibu ini mau kemana?” Ditanya demikian kami malah jadi tambah bingung. “Lhaa…, kan tuh tiketnya ke Hongkong, Pak. Memang ada kesalahan tiketnya yaa?” Tanya suamiku. Petugas itu kemudian menjelaskan, “Bukan masalah tiketnya yang salah, Pak. Tapi keberadaan Bapak sekeluarga ini yang salah,” Nah.., loh. Tambah bingung kan jadinya. Sepertinya petugas mengetahui kebingungan kami, kemudian menjelaskan. “Begini, Pak. Semestinya Bapak dan keluarga bukan berada di Terminal Domestik Pak, melainkan di Terminal keberangkatan khusus untuk penerbangan Internasional. Segera saja Bapak dan Ibu menuju ke Terminal 2.”  Alamaakkkk… baru tahu ternyata di bandara Soekarno Hatta punya tempat keberangkatan penerbangan yang berbeda-beda. Oalahhh…! Hiks.. rasanya mata nih sudah panas karena mau nangis.
“Haduuhhh…, tolong kami Pak, bagaimana saya menuju Terminal 2?” tanyaku. Suamiku pun kemudian mengajak kami naik taxi, namun petugas menyarankan agar kami naik ojek saja karena lebih cepat sampai, berhubung waktunya juga hampir habis. Aduuuhh… Ngojek? Gak salah ,nih? Mana dandanan sudah super duper keren. Pakai rok mini pula. Kebayang kalau ngojek,  kedua kakiku pun juga harus “ngangkang” untuk menjaga si kecil yang kupangku. Kulihat, suamiku pun memanggil tiga buah ojek mengingat bawaan kami yang juga banyak. Salah satu tukang ojek mengulungkan helm padaku. Kulihat helmnya menjijikkan sekali. Pasti juga bau, deh. Bayangkan, berapa kepala yang memakainya. Belum keringat yang bersarang disitu ditambah cuaca panas. Oh My God!  “Ah, gak usah dipakai, Pak. Panassss…!” alasanku menolaknya. Tukang ojek pun tetap memaksa, “Wooo.., gak bisa Bu. Ntar ketangkep polisi, gimane? Bisa berabe!”  Kulihat suamiku pun mulai melotot seolah tak suka aku banyak alasan. Yaaaa... Nasiibb deh. Akhirnya aku pun memakainya dengan berat hati. Belum lagi kulihat pak Ojek yang tersenyum-senyum melihatku ngangkang pake rok mini.
Segera kami menuju terminal yang dimaksud dan melakukan check-in. Petugas pun kaget karena kami terlambat. Hampir saja pintu keberangkatan ditutup. Akhirnya kami tergopoh-gopoh masuk dan menikmati perjalanan ke Hongkong. Aihhh.., akhirnya.. Hampir saja!





15.55, Pesawat landing dan kami pun sampai di Hongkong International Airport. Masih harus mengantre juga di bagian imigrasi. Kulihat disini teratur sekali. Berulangkali puteraku kena tegur petugas karena selalu berusaha keluar antean. Ketika dokumen telah resmi mendapatkan cap, kami pun melenggang masuk. Tiba-tiba ada petugas imigrasi wanita yang berteriak-teriak. Karena tak tahu bahasa mereka, aku pun cuwek saja dan tetap jalan. Ehh, petugas wanita itu pun berlari menghampiriku. Ternyata, topi yang kupakai harus dilepas dan anak yang kugendong harus dicek lebih dulu kesehatannya. Oww.. sepertinya mereka khawatir para turis membawa penyakit menular seperti flu burung kali, yaa?

Hongkong International Airport demikian luas dan sangat indah. Hampir kami kebingungan menemukan local guide yang dimaksud karena disana banyak juga guide2 dengan bendera-bendera sebagai tanda pengenal. Beruntung kami kemudian bertemu dengan Pak Harry. Local guide yang berasal dari Surabaya ini sudah sangat menguasai HK. Bersama tim pemenang undian lainnya pun kami kemudian bertemu muka dan langsung city tour ke Victoria Peak. Bukit dengan ketinggian curam yang keindahannya kami nikmati dengan menggunakan Tram. Di Victoria Peak ini kita bisa melihat kota Hongkong secara jelas ke semua penjuru terutama pencakar-pencakar langitnya yang memang berada di seberang Hongkong Island -Kowloon ataupun yang berada di Hongkong Island sendiri. Lokasinya sendiri sesuai namanya merupakan puncak tertinggi dari Hongkong yang berada diatas permukaan laut sekitar 525 m di Hongkong Island. Disini, kami begitu takjub. Betapa bukit setinggi itu juga terdapat mall yang besar. Bahkan Madamme Tussaud juga ada disini.





Setelah itu pada malam harinya kami makan malam di Fung Shing Restaurant. Waaa… , ternyata makanan di Hongkong memang enak. Semuanya serba seafood. Hampir semua menu yang disajikan selalu mengandalkan ikan, udang, kerang dan cumi-cumi. Sebenarnya aku sudah lama memang menghindari seafood karena takut alergiku kumat. Namun karena lapar, aku lupakan pantangan itu. Ah, ternyata benar saja. Aku mulai merasakan tak nyaman. Kulitku pun merah-merah bak melepuh, menyusul yang paling parah yaitu bibirku jadi jontor bak nutty professor gitu. Walah, gawat! Berubah bentuk, nih. Malunya gak ketulungan. Lapar hilang, bencana datang. “Hadehh, Mom! Bandel sih makan ikan segala. Tuh lihat bibirmu kayak donal bebek. Mana obat alergimu?” Tanya suamiku sambil membuka koper yang kubeli dari ACE HARDWARE ketika kami sudah sampai di Hotel.  “Huuu..huu..hu… lupa gak bawa obatnya, Pa.” isakku. Kulihat di kaca Hotel wajahku jadi memalukan begitu. Untungnya Hotel yang kutempati terhubung dengan mall besar sehingga suamiku dan teman seperjalanan malah jadi repot malam-malam mencarikan obat alergi.

Beruntung obat alergi yang dibelinya bisa segera meredakan rasa tak nyamanku dengan cepat sehingga keesokan harinya pun tak parah-parah amat rasanya meski bibirku agak sedikir dower. Wah, harus hati-hati banget nih dalam urusan makan kalau tak mau kembali runyam. Nah, esok harinya, tanggal 27 Juni 2012 kami menuju ke Disneyland Hongkong. Wahh.. anak-anak sudah tak sabar menantikan event ini apalagi pas hari Rabu memang ada acara kembang api disana sehingga tour guide kami pun melepas kami seharian dan dengan dibekali meal coupon untuk makan siang dan malam di sana. Ternyata Disneyland Hongkong sangat luas dan letak wahana satu dan lainnya terpencar-pencar. Capek juga. Ditambah panasnya minta ampun, deh. Boleh dibilang panasnya serupa kota Jakarta, deh. Melihatku selalu ngos-ngos’an mengendong si kecil dan berlari-lari mengejar anak lelakiku karena takut hilang, akhirnya ada dia mengambil stroller yang berderet terparkir di sisi tembok arena hiburan. “Waahhh… , pinter juga pengelolanya yaa.. menyediakan stroller gratis.” Kataku girang. Kami pun kemudian berjalan-jalan menyusuri berbagai wahana permainan disana. Tak lama kemudian, ada petugas mendatangi kami dan menyuruh kami memberikan stroller itu karena belum bayar. Waaahh… ternyata pake bayar, kami pikir gratisan. He..he..he..

Esoknya perjalanan pulang. Kebetulan mini bar hotel dinyatakan free of charge. Aseekkk… Sikattt semuanya! Kupikir bisa buat persediaan camilan dalam perjalanan nanti. Hmm.. namanya juga emak-emak pasti juga mikir ntar siapa tahu anak-anak butuh camilan. Ngirit juga kan daripada beli di airport harganya pasti mahal. Masalah tiba ketika kami hendak melakukan proses check-in, teman seperjalanan mengetahui bawaan kami. Sambil tersenyum dia mengingatkan, “Waa… gak salah nih bawa minuman segitu banyak?” “Memang kenapa?” tanyaku. Temanku pun  menunjuk papan peraturan yang tidak memperbolehkan cairan lebih dari 100ml masuk ke dalam pesawat kecuali dimasukkan dalam bagasi pesawat. “Waa.. , terus, gimana dong? Masak harus kuminum sebanyak ini?” Teman-teman pun pada menertawakanku. Akhirnya mereka pun membantu menghabiskan minuman yang kubawa daripada nanti dibuang petugas di bagian pengecekan.
Perjalananku memang banyak kesalahan, dan dampak dari kesalahan yang terjadi malah membuat kami banyak pengetahuan sehingga tak mengulang lagi kesalahan yang sama. Pokoknya setelah pergi ke luar negeri, meski sempat nelangsa di awal keberangkatan tapi membuat kami tak akan kapok untuk bepergian. Asal ada gratisan lagi.. He..he..he..




Senin, 15 Juli 2013

Cerita Lucu ke Hongkong


Siapa sangka, saat liburan tahun lalu kami sekeluarga mendapat kesempatan liburan ke Hongkong. Rasanya hampir tak percaya, bisa mendapatkan liburan gratis ke luar negeri.  Liburan ke HK (Hongkong) yang kami dapatkan melalui sebuah undian itu memang membuat kami kegirangan namun juga terbersit rasa was-was, bagaimana nanti kami disana. Maklum, ini merupakan perjalanan pertama kali ke luar negeri. Ehhh.. boro-boro ke luar negeri, naik pesawat aja seumur-umur belum pernah. Aihh… ndeso amat yaa…. Ditambah lagi pihak penyelenggara hanya mentransfer uang saku dan biaya transport dari kota asal ke bandara. Maka dari itu kami harus mencari taxi dan paling tidak menginap sehari di Jakarta. Untunglah ada kerabat yang bisa menampung kami seharian.


Supaya semuanya berjalan lancar,  sebelum berangkat harus ada persiapan matang. Beberapa hari sebelum berangkat, kuputuskan untuk pergi ke ACE HARDWARE. Kami yakin bahwa di ACE HARDWARE lah semua bisa didapakan dengan mudah. Apalagi untuk perlengkapan liburan, banyak sekali diskon produk, mulai dari trolley bag, sleeping bag, travel blanket, softbag cooler, dan masih banyak perlengkapan lainnya. Akhirnya pilihan jatuh ke Luggo Trolley Bag warna Blue yang terlihat kokoh dan mantap. Rencananya, aku tak membawa banyak baju meski trolleynya besar. Mending sekalian aku berbelanja pakaian di sana. Selain langsung dipakai juga hemat tempat. Bawaan pun tidak bakal terkena charge over weight di pesawat. Namun was-was juga, bagaimana anak-anak nanti? Seandainya mereka muntah, ngompol atau baju mereka basah pasti perlu bawa baju lebih banyak dong. Akhirnya, semestinya mau bawa sedikit malah jadi banyak juga. Belum diapers si kecil yang sudah makan tempat. Hadeehhhh……! Beginilah rasanya berlibur dengan anak kecil. Repot banget!

Keberangkatan dari Jakarta – Hongkong adalah di pagi hari pukul 10.00 yang diperkirakan sampai pukul 15.55. Jadi perlu waktu hampir 5 jam untuk sampai ke tujuan. Kami pun berangkat dari rumah saudara sekitar pukul 7 pagi dengan taxi. Takut kena macet! Ternyata memang benar kata saudaraku. Jakarta sekarang makin parah saja macetnya. Beruntung masih ada waktu untuk kami menunggu di Bandara Soekarno-Hatta. Karena waktu keberangkatan hampir tiba, kami pun memutuskan untuk check-in. Namun betapa kagetnya ketika petugas bertanya, “Lho, Bapak dan Ibu ini mau kemana?” Ditanya demikian kami malah jadi tambah bingung. “Lhaa…, kan tuh tiketnya ke Hongkong, Pak. Memang ada kesalahan tiketnya yaa?” Tanya suamiku. Petugas itu kemudian menjelaskan, “Bukan masalah tiketnya yang salah, Pak. Tapi keberadaan Bapak sekeluarga ini yang salah,” Nah.., loh. Tambah bingung kan jadinya. Sepertinya petugas mengetahui kebingungan kami, kemudian menjelaskan. “Begini, Pak. Semestinya Bapak dan keluarga bukan berada di Terminal Domestik Pak, melainkan di Terminal keberangkatan khusus untuk penerbangan Internasional. Segera saja Bapak dan Ibu menuju ke Terminal 2.”  Alamaakkkk… baru tahu ternyata di bandara Soekarno Hatta punya tempat keberangkatan penerbangan yang berbeda-beda. Oalahhh…! Hiks.. rasanya mata nih sudah panas karena mau nangis.
“Haduuhhh…, tolong kami Pak, bagaimana saya menuju Terminal 2?” tanyaku. Suamiku pun kemudian mengajak kami naik taxi, namun petugas menyarankan agar kami naik ojek saja karena lebih cepat sampai, berhubung waktunya juga hampir habis. Aduuuhh… Ngojek? Gak salah ,nih? Mana dandanan sudah super duper keren. Pakai rok mini pula. Kebayang kalau ngojek,  kedua kakiku pun juga harus “ngangkang” untuk menjaga si kecil yang kupangku. Kulihat, suamiku pun memanggil tiga buah ojek mengingat bawaan kami yang juga banyak. Salah satu tukang ojek mengulungkan helm padaku. Kulihat helmnya menjijikkan sekali. Pasti juga bau, deh. Bayangkan, berapa kepala yang memakainya. Belum keringat yang bersarang disitu ditambah cuaca panas. Oh My God!  “Ah, gak usah dipakai, Pak. Panassss…!” alasanku menolaknya. Tukang ojek pun tetap memaksa, “Wooo.., gak bisa Bu. Ntar ketangkep polisi, gimane? Bisa berabe!”  Kulihat suamiku pun mulai melotot seolah tak suka aku banyak alasan. Yaaaa... Nasiibb deh. Akhirnya aku pun memakainya dengan berat hati. Belum lagi kulihat pak Ojek yang tersenyum-senyum melihatku ngangkang pake rok mini.
Segera kami menuju terminal yang dimaksud dan melakukan check-in. Petugas pun kaget karena kami terlambat. Hampir saja pintu keberangkatan ditutup. Akhirnya kami tergopoh-gopoh masuk dan menikmati perjalanan ke Hongkong. Aihhh.., akhirnya.. Hampir saja!

15.55, Pesawat landing dan kami pun sampai di Hongkong International Airport. Masih harus mengantre juga di bagian imigrasi. Kulihat disini teratur sekali. Berulangkali puteraku kena tegur petugas karena selalu berusaha keluar antean. Ketika dokumen telah resmi mendapatkan cap, kami pun melenggang masuk. Tiba-tiba ada petugas imigrasi wanita yang berteriak-teriak. Karena tak tahu bahasa mereka, aku pun cuwek saja dan tetap jalan. Ehh, petugas wanita itu pun berlari menghampiriku. Ternyata, topi yang kupakai harus dilepas dan anak yang kugendong harus dicek lebih dulu kesehatannya. Oww.. sepertinya mereka khawatir para turis membawa penyakit menular seperti flu burung kali, yaa?




Hongkong International Airport demikian luas dan sangat indah. Hampir kami kebingungan menemukan local guide yang dimaksud karena disana banyak juga guide2 dengan bendera-bendera sebagai tanda pengenal. Beruntung kami kemudian bertemu dengan Pak Harry. Local guide yang berasal dari Surabaya ini sudah sangat menguasai HK. Bersama tim pemenang undian lainnya pun kami kemudian bertemu muka dan langsung city tour ke Victoria Peak. Bukit dengan ketinggian curam yang keindahannya kami nikmati dengan menggunakan Tram. Di Victoria Peak ini kita bisa melihat kota Hongkong secara jelas ke semua penjuru terutama pencakar-pencakar langitnya yang memang berada di seberang Hongkong Island -Kowloon ataupun yang berada di Hongkong Island sendiri. Lokasinya sendiri sesuai namanya merupakan puncak tertinggi dari Hongkong yang berada diatas permukaan laut sekitar 525 m di Hongkong Island. Disini, kami begitu takjub. Betapa bukit setinggi itu juga terdapat mall yang besar. Bahkan Madamme Tussaud juga ada disini.

Setelah itu pada malam harinya kami makan malam di Fung Shing Restaurant. Waaa… , ternyata makanan di Hongkong memang enak. Semuanya serba seafood. Hampir semua menu yang disajikan selalu mengandalkan ikan, udang, kerang dan cumi-cumi. Sebenarnya aku sudah lama memang menghindari seafood karena takut alergiku kumat. Namun karena lapar, aku lupakan pantangan itu. Ah, ternyata benar saja. Aku mulai merasakan tak nyaman. Kulitku pun merah-merah bak melepuh, menyusul yang paling parah yaitu bibirku jadi jontor bak nutty professor gitu. Walah, gawat! Berubah bentuk, nih. Malunya gak ketulungan. Lapar hilang, bencana datang. “Hadehh, Mom! Bandel sih makan ikan segala. Tuh lihat bibirmu kayak donal bebek. Mana obat alergimu?” Tanya suamiku sambil membuka kopor yang kubeli dari ACE HARDWARE ketika kami sudah sampai di Hotel.  “Huuu..huu..hu… lupa gak bawa obatnya, Pa.” isakku. Kulihat di kaca Hotel wajahku jadi memalukan begitu. Untungnya Hotel yang kutempati terhubung dengan mall besar sehingga suamiku dan teman seperjalanan malah jadi repot malam-malam mencarikan obat alergi.





Beruntung obat alergi yang dibelinya bisa segera meredakan rasa tak nyamanku dengan cepat sehingga keesokan harinya pun tak parah-parah amat rasanya meski bibirku agak sedikir dower. Wah, harus hati-hati banget nih dalam urusan makan kalau tak mau kembali runyam. Nah, esok harinya, tanggal 27 Juni 2012 kami menuju ke Disneyland Hongkong. Wahh.. anak-anak sudah tak sabar menantikan event ini apalagi pas hari Rabu memang ada acara kembang api disana sehingga tour guide kami pun melepas kami seharian dan dengan dibekali meal coupon untuk makan siang dan malam di sana. Ternyata Disneyland Hongkong sangat luas dan letak wahana satu dan lainnya terpencar-pencar. Capek juga. Ditambah panasnya minta ampun, deh. Boleh dibilang panasnya serupa kota Jakarta, deh. Melihatku selalu ngos-ngos’an mengendong si kecil dan berlari-lari mengejar anak lelakiku karena takut hilang, akhirnya ada dia mengambil stroller yang berderet terparkir di sisi tembok arena hiburan. “Waahhh… , pinter juga pengelolanya yaa.. menyediakan stroller gratis.” Kataku girang. Kami pun kemudian berjalan-jalan menyusuri berbagai wahana permainan disana. Tak lama kemudian, ada petugas mendatangi kami dan menyuruh kami memberikan stroller itu karena belum bayar. Waaahh… ternyata pake bayar, kami pikir gratisan. He..he..he..


Esoknya perjalanan pulang. Kebetulan mini bar hotel dinyatakan free of charge. Aseekkk… Sikattt semuanya! Kupikir bisa buat persediaan camilan dalam perjalanan nanti. Hmm.. namanya juga emak-emak pasti juga mikir ntar siapa tahu anak-anak butuh camilan. Ngirit juga kan daripada beli di airport harganya pasti mahal. Masalah tiba ketika kami hendak melakukan proses check-in, teman seperjalanan mengetahui bawaan kami. Sambil tersenyum dia mengingatkan, “Waa… gak salah nih bawa minuman segitu banyak?” “Memang kenapa?” tanyaku. Temanku pun  menunjuk papan peraturan yang tidak memperbolehkan cairan lebih dari 100ml masuk ke dalam pesawat kecuali dimasukkan dalam bagasi pesawat. “Waa.. , terus, gimana dong? Masak harus kuminum sebanyak ini?” Teman-teman pun pada menertawakanku. Akhirnya mereka pun membantu menghabiskan minuman yang kubawa daripada nanti dibuang petugas di bagian pengecekan.
Perjalananku memang banyak kesalahan, dan dampak dari kesalahan yang terjadi malah membuat kami banyak pengetahuan sehingga tak mengulang lagi kesalahan yang sama. Pokoknya setelah pergi ke luar negeri, meski sempat nelangsa di awal keberangkatan tapi membuat kami tak akan kapok untuk bepergian. Asal ada gratisan lagi.. He..he..he..